Nasib buruh kasar sungguh susah
Hidup mereka miskin, menderita dan sengsara
Makan minum mereka barang-barang murahan
Tempat tidur mereka gerobok yang menyedihkan
Pakaian mereka rusuh, buruk dan lusuh
Jarang berganti, kalau berganti dua atau tiga tahun sekali
Gaji mereka kecil, masyarakat pula tidak peduli
Kerana inferiority complex mereka hidup menyendiri
Padahal merekalah menjaga kebersihan pekan dan bandar
Menyediakan makan minum rakyat kampung miskin dan kaya
Lauk-pauk pun merekalah yang menyediakan
Membanting tulang, menempuh hujan dan panas
Di waktu sakit pening lagilah mereka menderita
Hendak berubat tentulah mengguna wang yang banyak
Tiada siapa pula yang hendak membantunya
Adakalanya sanak saudara pun tidak mempedulikannya
Begitulah nasib fakir miskin di zaman hidup nafsi-nafsi
Masing-masing mementingkan diri, hidup sendiri-sendiri
Orang yang susah bertambah susah lagi
Yang kaya bertambah kaya memikirkan diri
oleh : Abuya Ashaari Muhammad at Tamimi